Kamis, 06 Juli 2017

Makalah Pengawasan dalam Manajemen

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya. Suatu Organisasi juga memiliki perancangan proses pengawasan, yang berguna untuk merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan berjalan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Untuk menjalankan proses pengawasan tersebut dibutuhkan alat bantu manajerial dikarenakan jika terjadi kesalahan dalam suatu proses dapat langsung diperbaiki. Pengawasan juga meliputi bidang-bidang pengawasan yang menunjang keberhasilan dari suatu tujuan organisasi.

B.       Rumusan Masalah
Bagaimana pengawasan yang efektif dilakukan oleh suatu organisasi dan perusahaan?

C.      Tujuan
Untuk mengetahui cara menjalankan pengawasan yang efektif yang dilakukan oleh suatu organisasi dan perusahaan.

D.      Metodologi
Dalam penyusunan makalah ini metode penelitian yang dilakukan adalah secara kepustakaan yaitu dengan pengambilan data dari berbagai sumber.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Dasar-Dasar Pengawasan
1.        Pengertian Pengawasan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen, yang dibutuhkan untuk menjamin agar semua keputusan, rencana dan pelaksanaan kegiatan mencapai tujuan dengan hasil yang baik dan efisien.[1] Pengawasan merupakan proses pengamatan dari seluruh kegiatan organisasi guna lebih menjamin bahwa semua pekerjaan yang sedang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Sasaran pengawasan menurut Fayol, adalah untuk menunjukkan kelemahan-kelemahan dan kesalahan-kesalahan dengan maksud memperbaikinya dan mencegah agar tidak terulang kembali.[2]
2.        Proses Pengawasan
Proses pengawasan dilakukan secara bertahap melalui langkah-langkah berikut :
a.         Menentukan standar-standar yang akan digunakan dasar pengawasan
b.        Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai
c.         Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan jika ada.
d.        Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.
3.        Cara-Cara Pengawasan
Seorang manajer harus mempunyai berbagai cara untuk memastikan bahwa semua fungsi manajemen dilaksanakan dengan baik. Cara-cara pengawasan ini dilakukan sebagai berikut :
a.         Pengawasan langsung
Adalah pengawasan yang dilakukan sendiri secara langsung oleh seorang manajer.
Kebaikan :
1)        Jika ada kesalahan dapat diketahui sendiri mungkin, sehingga perbaikannya dilakukan dengan cepat.[3]
2)        Akan terjadi kontak langsung antara bawahan dan atasan, sehingga akan memperdekat hubungan antara atasan dengan bawahannya.
3)        Akan memberikan kepuasan tersendiri bagi bawahan, karena merasa diperhatikan oleh atasannya.
4)        Akan tertampung sumbangan pikiran dari bawahan yang mungkin bisa berguna bagi kebijaksanaan selanjutnya.
Keburukan :
1)        Waktu seorang manajer banyak tersita, sehingga waktu untuk pekerjaan lainnya berkurang, misalnya perencanaan dan lain-lainnya.
2)        Mengurangi inisiatif bawahan, karena mereka merasa merasa bahwa atasannya selalu mengamatinya.
3)        Ongkos semakin besar karena adanya biaya perjalanan dan lain-lainnya.
b.        Pengawasan tidak langsung
Adalah pengawasan jarak jauh, artinya dengan melalui laporan yang diberikan oleh bawahan. Laporan ini dapat berupa lisan atau tulisan tentang pelaksanaan pekerjaan dan hasil-hasil yang telah dicapai.
Kebaikannya :
1)        Waktu manajer untuk mengerjakan tugas-tugas lainnya semakin banyak, misalnya perencanaan, kebijaksanaan, dan lain-lainnya.
2)        Biaya pengawasan relatif kecil.
3)        Memberikan kesempatan inisiatif bawahan berkembang dalam melaksanakan pekerjaan.
Keburukannya.
1)        Laporan kadang-kadang kurang objektif, karena ada kecenderungan untuk melaporkan yang baik-baik saja.
2)        ika ada kesalahan-kesalahan terlambat mengetahuinya, sehingga perbaikannya pun juga terlambat.
3)        Kurang menciptakan hubungan-hubungan antara atasan dan bawahan.
c.         Pengawasan berdasarkan kekecualian
Pengawasan yang dikhususkan untuk kesalahan-kesalahan yang luar biasa dari hasil atau standar yang diharapkan. Pengawasan semacam ini dilakukan dengan cara kombinasi langsung dan tidak langsung oleh manajer.[4]
4.        Jenis-jenis pengawasan
a.         Ditinjau dari fokusnya
1)        Pengawasan pendahuluan (preliminary control)
Pengawasan ini memastikan bahwa sebelum kegiatan dimulai, maka sumber daya manusia, bahan dan modal yang diperlukan sudah dianggarkan. Adapun instrumen penting untuk melaksanakan pengawasan ini adalah kebijakan.
2)        Pengawasan bersamaan (concurret control)
Pengawasan bersama memantau operasi yang berjalan untuk memastikan bahwa berbagai tujuan tengah direalisasikan. Pengendaliaan bersamaan terutama diimplementasikan melalui kegiatan penyelidikan dari para manajer. [5]
3)        Pengawasan umpan balik (feedback control)
Sistem pengawasan umpan balik biasanya berfokus pada hasil-hasil akhir sebagai dasar perbaikan berbagai tindakan masa depan.
b.        Dilihat dari objeknya
1)        Pengawasan administratif, yaitu pengawasan yang dilakukan pada bidang atau bagian pekerjaan yang fungsinya dikategorikan sebagai tugas administrasi dalam suatu organisasi, misalnya pada bagian keuangan, bagian personalia.
2)        Pengawasan operatif, yaitu pengawasan yang dilakukan pada bidang atau bagian yang fungsinya melaksanakan pekerjaan operatif dalam suatu organisasi, bagian pabrik, bagian pemasaran, maintenance, dan lain-lain.
c.         Berdasarkan subjek
1)        Pengawasan intern, yaitu pengawasan yang dilakukan khusus ditujukan pada pelaku-pelaku dan fungsi-fungsi yang berada didalam organisasi.
2)        Pengawasan ekstern, yaitu pengawasan yang dilakukan khusus ditujukan pada subjek atau faktor-faktor dan fungsi-fungsi yang berada diluar organisasi.[6]
5.        Sifat dan waktu pengawasan
a.         Preventif control, adalah pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dilakukan untuk menghindari terjadinya penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaannya.
b.        Repressive control, adalah pengawasan yang dilakukan setelah terjadi kesalahan dalam pelaksanaannya, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan, sehingga hasilnya sesuai dengan diinginkan.
c.         Pengawasan saat proses dilakukan, jika terjadi kesalahan segera diperbaiki.
d.        Pengawasan berkala, adalah pengawasan yang dilakukan secara berkala, misalnya per bulan, per semester, dan lain-lain.
e.         Pengawasan mendadak (sidak), adalah pengawasan yang dilakukan secara mendadak untuk mengetahui apa pelaksanaan atau peraturan-peraturan yang ada dilaksanakan atau tidak dilaksanakan dengan baik. Pengawasan mendadak ini sekali-kali perlu dilakukan, supaya kedisiplinan karyawan tetap terjaga baik.
f.         Pengamatan melekat (waskat) adalah pengawasan yang dilakukan secara integratif mulai dari sebelum, pada saat, dan sesudah kegiatan dilakukan.[7]
6.        Karakteristik pengawasan yang efektif :
Pengawasan yang efektif berarti pengawasan yang tepat sesuai dengan proses yang harus dilaluinya, tanpa menyimpang dari sistem yang dianut, sehingga tahapan yang dilaluinya benar. Sistem pengawasan yang efektif mempunyai karakteristik :
a.         Akurat (accurate)
Ketidakakuratan data akan menyebabkan kesalahan dalam menarik kesimpulan, bahkan dapat menimbulkan kesalahan yang tidak perlu.
b.        Secara Ekonomi Realistik (ekonomically reslistic)
Pengeluaran biaya untuk implementasi pengawasan harus ditekan seminimum mungkin, sehingga terhindar dari pemborosan yang tak berguna.
c.         Tepat Waktu (timely)
Sistem pengawasan akan efektif jika dilakukan dengan cepat disaat penyimpangan diketahui. Jika terjadi keterlambatan dalam reaksi terhadap penyimpangan, kerugian yang dihadapi akan semakin besar.[8] 
d.        Realistik Secara Organisasi (Organizationally realistic)
Sistem pengawasan harus dapat digabungkan dengan realitas  organisasi. Misalkan individu harus dapat melihat hubungan antara tingkat prestasi yang harus dicapainya dan imbalan yang akan menyusul kemudian.
e.         Dipusatkan pada pengawasan strategis (focused on strategic control points)
Pengawasan hendaknya diarahkan pada titik-titik kunci (yang memiliki nilai strategis) sehingga penyimpangan di bidang ini cepat diketahui dan dapat dihindarkan timbulnya kegagalan pencapaian tujuan.
f.         Terkoordinasi dengan arus kerja organisasi (coordinated with the organization’s work flow)
Memperhatikan bahwa satu kegiatan akan selalu terkait dengan kegiatan lain, misal kegiatan produksi akan berkaitan dengan kegiatan penjualan.
g.        Objektif dan Komprehensif (objective and Comprehensible)
Makin objektif sistem pengawasan, makin besar kemungkinannya bahwa individu dengan sadar dan efektif akan merespon informasi yang diterima, demikian pula sebaliknya.
h.        Fleksibel (flexible)
Sistem pengawasan harus memiliki tingkat keluwesan yang tinggi, sehingga standar-standar pengawasan tetap dapat dipergunakan meskipun situasi dan konsisi berubah.
i.          Diterima para anggota organisasi (accepted by organization members)
Sistem pengawasan hendaknya dijelaskan terlebih dahulu kepada semua anggota organisasi.[9]

B.       Metode-Metode Pengawasan
1.        Pengawasan Non-Kuantitatif
Pengawasan non-kuantitatif tidak melibatkan angka-angka dan dapat digunakan untuk mengawasi prestasi organisasi secara keseluruhan. Teknik-teknik yang sering digunakan adalah :
a.         Pengamatan (pengawasan dengan observasi). Pengamatan ditujukan untuk mengendalikan kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
b.        Inspeksi teratur dan langsung. Inspeksi teratur dilakukan secara periodic dengan mengamati kegiatan atau produk yang dapat diobservasi.
c.         Laporan lisan dan tertulis. Laporan lisan dan tertulis dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan dengan cepat disertai dengan feed-back dari bawahan dengan relatif lebih cepat.
d.        Evaluasi pelaksanaan.
e.         Diskusi antara manajer dengan bawahan tentang pelaksanaan suatu kegiatan. Cara ini dapat menjadi alat pengawasan karena masalah yang mungkin ada dapat didiagnosis dan dipecahkan bersama.
f.         Management by Exception (MBE). Dilakukan dengan memperhatikan perbedaan yang signifikan antara rencana dan realisasi. Teknik tersebut didasarkan pada prinsip pengecualian. Prinsip tersebut mengatakan bahwa bawahan mengerjakan semua kegiatan rutin, sementara manajer hanya mengerjakan kegiatan tidak rutin.
2.        Pengawasan Kuantitatif
Pengawasan kuantitatif melibatkan angka-angka untuk menilai suatu prestasi. Beberapa teknik yang dapat dipakai dalam pengawasan kuantitatif :
a.         Anggaran
1)        Anggaran operasi, anggaran pembelanjaan modal, anggaran penjualan, anggaran kas.
2)        Anggaran khusus, seperti planning programming, bud getting system (PBS), zero-base budgeting ( ZBB ), dan human resource accounting (HRA).
b.        Audit
1)        Internal audit, tujuannya adalah membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka dengan cara mengajukan analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar mengenai kegiatan mereka.
2)        Eksternal audit, tujuannya menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil perusahaan.
c.         Analisa Break-Even
Menganalisa dan menggambarkan hubungan biaya dan penghasilan untuk menentukan pada volume berapa agar biaya total sehingga tidak mengalami laba atau rugi.
d.        Analisis Rasio
Menyankut dua jenis perbandingan :
1)        Membandingkan rasio saat ini dengan rasio-rasio dimasa lalu.
2)        Membandingkan rasio-rasio suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis.[10]

C.      Evaluasi Internal Organisasi
1.        Evaluasi Kerja
a.         Pengertian Evaluasi Kerja
Evaluasi kinerja merupakan suatu proses umpan balik atas kinerja masa lalu yang berguna untuk meningkatkan peoduktivitas di masa yang akan mendatang.[11] Evaluasi dapat dibagi ke dalam dua bagian besar misalnya evaluasi yang formatif[12] dan evaluasi sumatif.[13] Evaluasi adalah kegiatan identifikasi untuk melihat apakah suatu program yang telah direncanakan telah tercapai atau belum, dan dapat untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaannya. Evaluasi berhubungan dengan keputusan nilai (value judgement). Esensi dari evaluasi yakni memberikan informasi bagi kepentingan pengambilan keputusan.
b.        Metode Evaluasi Kerja
Di antara berbagai metode evaluasi adalah :
1)        Evaluasi antar unit internal (peer avaluation)
Seluruh unit organisasi melakukan evaluasi kinerjanya dengan cara melakukan evaluasi antar unit organisasi yang memiliki keterkaitan atau dengan lainnya.
2)        Evaluasi mandiri (self-evaluation)
Setiap unit organisasi melakukan sendiri evaluasi terhadap kinerjanya dengan menggunakan alatdan penilaian yang sama dengan yang digunakan dalam kegiatan evaluasi antar unit organisasi.
3)       Evaluasi manajemen
Evaluasi kinerja dapat dilakukan oleh tim yang dapat terdiri dari pimpinan eksekutif, manejer umum dan manejer fungsional lainnya.
4)        Evaluasi senior manajemen
Unit-unit organisasi harus melakukan evaluasi dan memberikan umpan balik atas kinerja para senior manejer, termasuk di dalamnya adalah para pimpinan tertinggi dan manejer lainnya.
5)        Evaluasi dari pelanggan eksternal
Evaluasi ini dapat dilakukan untuk mengetahui apakah pelayanan suatu instansi pemerinah atau unit kinerja instansi pemerintah tertentu telah memenuhi kebutuhan dan harapan pihak yang dilayani.[14]
c.         Fungsi dan Manfaat Evaluasi Kinerja
Evaluasi memerankan berbagai fungsi yaitu :
1)        Memberi informasi yang valid mengenai kinerja, kebijakan, program dan kegiatan, yaitu seberapa jauh kebutuhan, nilai dan kesempatan telah dicapai. Dengan evaluasi dapat dingkapkan mengenai pencapaian suatu tujuan, sasaran dan target tertentu.
2)        Memberi sumbangan kepada klarifikasi dan kritis. Evalusi memberi sumbangan pada klarifikasi dan kritik terhadap nilai-nilai yang mendasari tujuan dan target.
3)        Memberi sumbangan pada aplikasi metode analisis kebijakan, termasuk perumusan masalah dan rekomendasinya.
4)        Evaluasi memiliki tujuan pokok melihat seberapa besar kesenjangan antara pencapaian kinerja kegiatan dan program dengan harapan atau rencana yang sudah ditetapkan.

Sedangkan manfaat evaluasi itu sendiri dapat berupa keuntungan-keuntungan  yang dapat diperoleh seperti[15] :
1)        Manfaat untuk perbaikan perencanaan, strategi, kebijakan.
2)        Manfaat untuk mengambil keputusan.
3)        Manfaat untuk tujuan pengawasan.
4)        Manfaat untuk perbaikan input, proses dan output.[16]




BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi umpan balik,membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.
Sebagai proses terakhir dalam kegiatan organisasi adalah evaluasi atau penilaian. Evaluasi akan mengukur sejauh mana pencapaian hasil terhadap target tujuan organisasi yang sebelumnya telah diputuskan, apakah tercapai atau tidak. Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi-informasi yang selanjutnya informasi tersebut dipakai dalam mempertimbangkan suatu keputusan.
















DAFTAR PUSTAKA

Amirulloh. 2015. Pengantar Manajemen Fungsi, Proses, Pengawasan, Jakarta : Mitra Wacana Media.

Hasibuan, Malayu S.P. 2014. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah., Jakarta : Bumi Aksara.

Siagian, Sondang P. 2007. Fungsi-Fungsi Manajerial, Jakarta : Bumi Aksara.

Sudiman, Dkk. 2004. AKIP dan Pengukuran kinerja, Jakarta : Lembaga Administrasi Negara.

Syamsi, Ibnu.1994.  Pokok-Pokok Organisasi & Manajemen, Jakarta : Rineka Cipta.





[1] Drs. Ibnu Syamsi S.U., Pokok-Pokok Organisasi & Manajemen, ( Jakarta : Rineka Cipta, 1994), hlm. 148.
[2] Prof. Dr. Sondang P. Siagian, MPA., Fungsi-Fungsi Manajerial, (Jakarta : Bumi Aksara, 2007), hlm. 127.
[3] Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan. Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah. (Jakarta : Bumi Aksara, 2014), hlm. 245.
[4] Ibid., hlm. 246.
[5] Amirulloh, SE.,M.M., Pengantar Manajemen Fungsi, Proses, Pengawasan, (Jakarta : Mitra Wacana Media, 2015), hlm. 242.
[6] Ibid., hlm. 243.
[7] Ibid., hlm. 247-248.
[8] Ibid.,  hlm. 246.
[9] Ibid., hlm. 247.
[11] Drs. Sudiman, MPA. Dkk., AKIP dan Pengukuran kinerja, (Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2004), hlm. 83.
[12] Evaluasi formatif ini dapat meliputi evaluasi yang dilakukan sebelum program berjalan, atau sedang dalam pelaksanaan, atau setelah progaram selesai dan dapat diteliti hasil dan dampaknya.
[13] Evalusi suamatif dalah evaluasi yang dilakukan beberapa periode/tahun sehingga memerlukan pengumpulan data time series untuk beberapa tahun yang dievaluasi.
[14] Drs. Sudiman, MPA. Dkk., AKIP dan Pengukuran kinerja, (Jakarta : Lembaga Administrasi Negara, 2004), hlm.86.
[15] Ibid.,hlm.87.
[16] Ibid.,hlm.88.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar