LOGIKA
A.
Pengertian Logika
Logika adalah bahasa latin berasal dari kata “logos” yang berarti
perkataan atau sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah mantiq,
kata arab yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau
berucap. Dalam buku Logic and Language of Education, mantiq disebut
sebagai “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berpikir benar,
sedangkan dalam kamus Munjid disebut sebagai “Hukum yang memelihara hati
nurani dan kesalahan dalam berpikir”.[1]
Berikut adalah batasan Logika dari Para Filsuf dan Ilmuwan :
1.
Hasbullah
Bakry, Logika adalah ilmu pengetahuan
yang mengatur penitian hukum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya
dapat mencapai kebenaran.
2.
N. Drijarkara, Logika
adalah ilmu pengetahuan yang memandang hukum-hukum susunan atau bentuk pikiran
manusia yang menyebabkan pikiran dapat mencapai kebenaran.
3.
Fudyartanta, Logika adalah ilmu yang mempelajari secara mendalam tentng
kebenaran berpikir.
4.
Nuril
Huda, logika adalah ilmu yang mempelajari
dan merumuskan kaidah-kaidah dan hukum-hukum sebagai pegangan untuk berpikir
tepat dan praktis bagi mencapai kesimpulan yang valid dan pemecahkan persoalan
yang bijaksana.
5.
Ir.
Poedjawijatna, logika adalah
filsafat budi (manusia) yang mempelajari teknik berpikir untuk mengetahui
bagaimana manusia berpikir dengan semestinya.
6.
A.B.
Hutabarat, Logika adalah ilmu berpikir yang
tepat, dan sekadar dapat menu njukan adanya kekeliruan di dalam rantai proses
pemikiran sehingga kekeliruan itu dapat dielakan, maka hakikat dari logika
dapat pula disebut teknik berpikir.[2]
B.
Objek Logika
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau
pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang
dibedakan menjadi 2, yaitu objek material dan objek formal.
1.
Objek
Material
Yaitu semua bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan
pengetahuan itu. Boleh juga objek material adalah hal yang diselidiki,
dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu.[3] Sebagai
suatu disiplin ilmu, logika adalah cabang filsafat yang mempelajari kegiatan
berpikir manusia. Jadi, objek studinya adalah kegiatan berpikir, tetapi bukan
prosesnya. Proses berpikir dan segala sesuatu yang mempengaruhi substansi jalan
pikiran seseorang dipelajari oleh didiplin lain, yaitu psikologi dan
antropologi.[4]
2.
Objek
Formal
Yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan penelitian atau
pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot.[5] Objek
formal dari logika adalah bentuk-bentuk atau pola-pola kegiatan berpikir
manusia dan struktur kombinasi pernyataan-pernyataan secara formal.[6]
C.
Pembagian Logika
Logika menurut The Liang Gie (1980) dapat digolongkan menjadi 5
macam, yaitu :
1.
Logika
Makna Luas dan Logika Makna Sempit
Dalam arti sempit, istilah dimaksud dipakai berarti searti dengan
logika deduktif atau logika formal, sedangkan dalam arti yang lebih luas,
pemakaiannya mencakup kesimpulan dari berbagai bukti dan bagaimana
sistem-sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula
ppembahasan mengenai logika itu sendiri.
2.
Logika
Deduktif dan Logika Induktif
Logika deduktif adalah ragam logika yang mempelajari asas-asas
penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan
kesimpulan sebagai keharusan dari pangkal pikirannya sehingga bersifat betul
menurut bentuknya saja. Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang
mempelajari asas penalaran yang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai
pada suatu kesimpulan yang umum yang bersifat boleh jadi.
3.
Logika
Formal atau Logika Material
Logika formal mempelajari asas, aturan atau hukum-hukum berpikir
yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir dengan benar dan mencapai
kebenaran. Logika material mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan ,
alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan
metode ilmu pengetahuan itu.
4.
Logika
Murni dan Logika Terapan
Logika murni merupakan suatu
pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku umum pada semua segi
dan bagian dari pernyataan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang
ilmu dari istilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud. Logika terapak adalah
pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu, bidang filsafat,
dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari.
5.
Logika
filsafati dan Logika Metematik
Logika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian
logika yang masih berhubungan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat,
misalnya logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika. Logika
matematik merupakan ragam logika yang menelaah penalaran yang benar dengan
menggunakan metode metematik serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuuk
menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa.[7]
D. Hubungan Logika Dengan Psikologi, Bahasa, dan Metafisika
1.
Logika dan Psikologi
Logika sebagai cabang filsafat bertujuan membimbing akal untuk berfikir.
Kita terlebih dahulu harus mengetahui
tentang bagaimana manusia berfikir. Disinilah letak hubungan antara psikologi
dan logika.
2.
Logika dan Bahasa
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan isi hati atau pikiran seseorang
dengan bahasa agar orang lain dapat mengerti tentang isi hati dan pikiran. Ilmu
bahasa menyajikan kaidah penyusuna bahasa yang baik dan benar yang hanya
tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasr setiap orang untuk berpikir
logis. Oleh sebab itu logika berhubungan dengan bahasa.
3.
Logika dan Metafisika
Matafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat realitas. Dengan
demikian bagi logika, metafisika merupakan kritik terhadap dalil dan
hukum-hukumnya. Semakin erat metafisika dengan logika, maka kebenaran logis
semakin dapat dipertanggungjawabkan[8].
E.
Kegunaan dan Manfaat Logika
Ada beberapa kegunaan logika, yaitu :
1.
Membantu
setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis,
lurus, tepat, tertib, metodis, dan koheren.
2.
Meningkatkan
kemampuan berfikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3.
Menambah
kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4.
Meningkatkan
cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan.[9]
Logika membantu manusia berfikir lurus, efisien, tepat dan teratur
untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas
berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini.[10]
Logika juga dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis :
1.
Dari
segi Kemanfatan Teoritis, logika sebagai ilmu banyak menyajikan dalil-dalil,
hukum berpikir logis, dengan demikian logika mengajarkan tentang berpikir yang
seharusnya. Dalam arti ini, logika adalah ilmu normatif, karena logika
membicarakan tentang berpikir sebagaimana seharusnya bukan membicarakantentang
berpikir sebagaimana adanya dalam ilmu-ilmu positif, seperti fisika, psikolodi,
dan sebagainya.
2.
Dari
segi Kemanfatan Praktis, akal semakin tajam dan tinggi kemampuannya (kritis)
dalam hal imajinasi logis, imanjinasi logis adalah kemampuan akal untuk
menggambarkan kemungkinan terjadinya sesuatu sebagai keputusan akal yang benar
dan runtut (Consisten).[11]
------ooOoo------
[1] Mundiri, Logika,
(Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 1-2.
[2] Surajiyo dkk, Dasar-Dasar
Logika, (Jakarta : PT Buki Aksara, 2006), hlm. 7-8.
[3] Surajiyo dkk, Dasar-Dasar
Logika, (Jakarta : PT Buki Aksara, 2006), hlm. 11.
[4] B. Arief
Sidharta, Pengantar Logika – Sebuah Langkah Pertama Pengenalan Medan Telaah,
(Bandung : PT Rafika Aditama, 2010), hlm. 3-4.
[5] Surajiyo dkk, Dasar-Dasar
Logika, (Jakarta : PT Buki Aksara, 2006), hlm. 11.
[6] B. Arief
Sidharta, Pengantar Logika – Sebuah Langkah Pertama Pengenalan Medan Telaah,
(Bandung : PT Rafika Aditama, 2010), hlm. 5.
[7] Surajiyo dkk, Dasar-Dasar
Logika, (Jakarta : PT Buki Aksara, 2006), hlm. 17-19.
[8] Ibid.,hlm.16-17.
[9] Ibid.,hlm.
15.
[10] Mundiri,
Logika, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 17.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar