Kamis, 03 Maret 2016

Dasar-Dasar Logika

LOGIKA

A.  Pengertian Logika
Logika adalah bahasa latin berasal dari kata “logos” yang berarti perkataan atau sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah mantiq, kata arab yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap. Dalam buku Logic and Language of Education, mantiq disebut sebagai “penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berpikir benar, sedangkan dalam kamus Munjid disebut sebagai “Hukum yang memelihara hati nurani dan kesalahan dalam berpikir”.[1]
Berikut adalah batasan Logika dari Para Filsuf dan Ilmuwan :
1.    Hasbullah Bakry, Logika adalah ilmu pengetahuan yang mengatur penitian hukum-hukum akal manusia sehingga menyebabkan pikirannya dapat mencapai kebenaran.
2.    N. Drijarkara, Logika adalah ilmu pengetahuan yang memandang hukum-hukum susunan atau bentuk pikiran manusia yang menyebabkan pikiran dapat mencapai kebenaran.
3.    Fudyartanta, Logika adalah ilmu yang mempelajari secara mendalam tentng kebenaran berpikir.
4.    Nuril Huda, logika adalah ilmu yang mempelajari dan merumuskan kaidah-kaidah dan hukum-hukum sebagai pegangan untuk berpikir tepat dan praktis bagi mencapai kesimpulan yang valid dan pemecahkan persoalan yang bijaksana.
5.    Ir. Poedjawijatna, logika adalah filsafat budi (manusia) yang mempelajari teknik berpikir untuk mengetahui bagaimana manusia berpikir dengan semestinya.
6.    A.B. Hutabarat, Logika adalah ilmu berpikir yang tepat, dan sekadar dapat menu njukan adanya kekeliruan di dalam rantai proses pemikiran sehingga kekeliruan itu dapat dielakan, maka hakikat dari logika dapat pula disebut teknik berpikir.[2]

B.  Objek Logika
Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan dari penelitian atau pembentukan pengetahuan. Setiap ilmu pengetahuan pasti mempunyai objek yang dibedakan menjadi 2, yaitu objek material dan objek formal.
1.    Objek Material
Yaitu semua bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu. Boleh juga objek material adalah hal yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh suatu disiplin ilmu.[3] Sebagai suatu disiplin ilmu, logika adalah cabang filsafat yang mempelajari kegiatan berpikir manusia. Jadi, objek studinya adalah kegiatan berpikir, tetapi bukan prosesnya. Proses berpikir dan segala sesuatu yang mempengaruhi substansi jalan pikiran seseorang dipelajari oleh didiplin lain, yaitu psikologi dan antropologi.[4]
2.    Objek Formal
Yaitu sudut pandang yang ditujukan pada bahan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu, atau sudut dari mana objek material itu disorot.[5] Objek formal dari logika adalah bentuk-bentuk atau pola-pola kegiatan berpikir manusia dan struktur kombinasi pernyataan-pernyataan secara formal.[6]

C.  Pembagian Logika
Logika menurut The Liang Gie (1980) dapat digolongkan menjadi 5 macam, yaitu :
1.    Logika Makna Luas dan Logika Makna Sempit
Dalam arti sempit, istilah dimaksud dipakai berarti searti dengan logika deduktif atau logika formal, sedangkan dalam arti yang lebih luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan dari berbagai bukti dan bagaimana sistem-sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula ppembahasan mengenai logika itu sendiri.
2.    Logika Deduktif dan Logika Induktif
Logika deduktif adalah ragam logika yang mempelajari asas-asas penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan kesimpulan sebagai keharusan dari pangkal pikirannya sehingga bersifat betul menurut bentuknya saja. Logika induktif merupakan suatu ragam logika yang mempelajari asas penalaran yang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada suatu kesimpulan yang umum yang bersifat boleh jadi.
3.    Logika Formal atau Logika Material
Logika formal mempelajari asas, aturan atau hukum-hukum berpikir yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir dengan benar dan mencapai kebenaran. Logika material mempelajari sumber-sumber dan asalnya pengetahuan , alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu.
4.    Logika Murni dan Logika Terapan
 Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah yang dipakai dalam pernyataan dimaksud. Logika terapak adalah pengetahuan logika yang diterapkan dalam setiap cabang ilmu, bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari.
5.    Logika filsafati dan Logika Metematik
Logika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika yang masih berhubungan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat, misalnya logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan metafisika. Logika matematik merupakan ragam logika yang menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode metematik serta bentuk lambang yang khusus dan cermat untuuk menghindarkan makna ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa.[7]

D.  Hubungan Logika Dengan Psikologi, Bahasa, dan Metafisika
1.    Logika dan Psikologi
Logika sebagai cabang filsafat bertujuan membimbing akal untuk berfikir. Kita  terlebih dahulu harus mengetahui tentang bagaimana manusia berfikir. Disinilah letak hubungan antara psikologi dan logika.
2.    Logika dan Bahasa
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan isi hati atau pikiran seseorang dengan bahasa agar orang lain dapat mengerti tentang isi hati dan pikiran. Ilmu bahasa menyajikan kaidah penyusuna bahasa yang baik dan benar yang hanya tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan dasr setiap orang untuk berpikir logis. Oleh sebab itu logika berhubungan dengan bahasa.
3.    Logika dan Metafisika
Matafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat realitas. Dengan demikian bagi logika, metafisika merupakan kritik terhadap dalil dan hukum-hukumnya. Semakin erat metafisika dengan logika, maka kebenaran logis semakin dapat dipertanggungjawabkan[8].

E.  Kegunaan dan Manfaat Logika
Ada beberapa kegunaan logika, yaitu :
1.    Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus, tepat, tertib, metodis, dan koheren.
2.    Meningkatkan kemampuan berfikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3.    Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4.    Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kekeliruan serta kesesatan.[9]

Logika membantu manusia berfikir lurus, efisien, tepat dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan menghindari kekeliruan. Dalam segala aktivitas berpikir dan bertindak, manusia mendasarkan diri atas prinsip ini.[10] Logika juga dapat memberikan manfaat teoritis dan praktis :
1.    Dari segi Kemanfatan Teoritis, logika sebagai ilmu banyak menyajikan dalil-dalil, hukum berpikir logis, dengan demikian logika mengajarkan tentang berpikir yang seharusnya. Dalam arti ini, logika adalah ilmu normatif, karena logika membicarakan tentang berpikir sebagaimana seharusnya bukan membicarakantentang berpikir sebagaimana adanya dalam ilmu-ilmu positif, seperti fisika, psikolodi, dan sebagainya.
2.    Dari segi Kemanfatan Praktis, akal semakin tajam dan tinggi kemampuannya (kritis) dalam hal imajinasi logis, imanjinasi logis adalah kemampuan akal untuk menggambarkan kemungkinan terjadinya sesuatu sebagai keputusan akal yang benar dan runtut (Consisten).[11]

------ooOoo------



[1] Mundiri, Logika, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 1-2.
[2] Surajiyo dkk, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta : PT Buki Aksara, 2006), hlm. 7-8.
[3] Surajiyo dkk, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta : PT Buki Aksara, 2006), hlm. 11.
[4] B. Arief Sidharta, Pengantar Logika – Sebuah Langkah Pertama Pengenalan Medan Telaah, (Bandung : PT Rafika Aditama, 2010), hlm. 3-4.
[5] Surajiyo dkk, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta : PT Buki Aksara, 2006), hlm. 11.
[6] B. Arief Sidharta, Pengantar Logika – Sebuah Langkah Pertama Pengenalan Medan Telaah, (Bandung : PT Rafika Aditama, 2010), hlm. 5.
[7] Surajiyo dkk, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta : PT Buki Aksara, 2006), hlm. 17-19.
[8] Ibid.,hlm.16-17.
[9] Ibid.,hlm. 15.
[10] Mundiri, Logika, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994), hlm. 17.
[11] Surajiyo dkk, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta : PT Buki Aksara, 2006), hlm. 15-16.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar