Kamis, 03 Maret 2016

Biografi dan Pemikiran Muhammad Bin Abdul Wahab

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN
MUHAMMAD BIN ABDUL WAHAB



Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas Terstruktur
Mata Kuliah : Ilmu Kalam
Dosen Pengampu : Farichatul Maftuchah, M.Ag

Disusun oleh :

1.    Epi Auliyana                                            
2.    Etika
3.    Fitri Pamugi Lestari                                 
4.    Harry Faishal Aqmal                                
5.    Syahidun Najib                                        


JURUSAN EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
PURWOKERTO
2015


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah
Islam sebagai sebuah bentuk keyakinan memiliki umat yang besar. Hampir diseluruh penjuru dunia terdapat umat islam. Hal ini disebabkan karena islam disebarkan dan masuk kedalam suatu masyarakat dengan cara yang damai dan santun sehingga banyak orang yang berminat masuk islam.
Akan tetapi, selain banyak orang senang dan bangga dengan islam, tidak sedikit pula orang yang menyerang islam, yang disebabkan karena perbedaan keyakinan terutama ketauhidan. Mereka yang tidak senang dengan islam selalu berusaha menjatuhkan islam, baik melalui budaya, pola pikir, dsb. Untuk menghadapi hal ini, ulama-ulama dahulu membalasnya dengan memberikan argumen yang berisi alasan-alasan untuk mempertahankan keimanan mereka baik tentang keimanan kepada Tuhan, malaikat, dan sebagainya. Dan hal yang sering kita sebut sebagai ilmu kalam.
Ilmu kalam merupakan produk pikir manusia. Sesuai dengan berjalannya waktu, ilmu kalampun semakin berkembang. Banyak ulama terjun didalamnya.Untuk itu, makalah ini akan membahas salah satu ulama abad ke-8 yang turut mencurahkan pikirannya di dalam ilmu kalam, yaitu muhammad bin abdul wahhab. Hal-hal yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu bicara tentang biografi dan pemikiran kalam muhammad bin abdul wahhab.
B.       Rumusan Masalah
Rumusan dari makalah ini adalah, sebagai berikut :
1.    Bagaimana biografi Muhammad Bin Abdul wahab ?
2.    Bagaimana pemikiran Kalam Muhammad bin Abdul Wahhab ?
C.      Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah, sebagai berikut :
1.    Mengetahui biografi Muhammad Bin Abdul wahab.
2.    Mengetahui pemikiran Kalam Muhammad bin Abdul Wahhab.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Biografi Muhammad Bin Abdul Wahab
Muhammad bin ‘Abd Al-Wahhab memiiki nama lengkap Muhammad bin ‘Abd al Wahhab bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif at Tamimi al-Hambali an-Najdi.[1] Muhammad Bin Abdul Wahab berasal dari Qabilah Banu Tamim.[2] Ia lahir tahun 1115 Hijriah (1703 Masehi) dan wafat tahun 1206 Hijriah (1792 Masehi). Beliau wafat di usia yang sangat tua, dengan umur sekitar 91 tahun. Muhammad bin Abdul Wahab belajar ilmu agama dasar bermazhab hambali dari ayahnya yang juga seorang qadhi (hakim). Pernah juga ia mengaji kepada beberapa guru agama Makkah dan Madinah.[3] Di antara gurunya di Makkah terdapat nama Syeikh Muhammad Sulaiman al Kurdi, Syeikh Abdul Wahab (bapaknya sendiri) dan kakaknya Syeikh Sulaiman bin Abdul Wahab.
Guru-gurunya semua termasuk bapak dan kakaknya adalah ulama Ahlussunnah wal Jama’ah. Hal ini dapat dibaca dalam buku “As Shawa’iqul Ilahiyah firraddi al Wahabiyah” (Petir yang membakar untuk menolak paham Wahabi), karangan kakaknya, Sulaiman bin Abdul Wahab. Menurut Ustadz Hazan Khazbyk dalam suatu karangannya dikatakan, bahwa Muhammad bin Abdul Wahab ketika mudanya banyak membaca, buku-buku karangan Ibnu Taimiyah dan lain-lain pemuka yang tersesat.[4]     
Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb merupakan seorang ahli teologi agama Islam dan seorang tokoh pemimpin gerakan keagamaan yang pernah menjabat sebagai mufti Daulah Su'udiyyah yang kemudian berubah menjadi Kerajaan Arab Saudi. Bin ʿAbd al-Wahhāb memiliki nama lengkap Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb bin Sulaiman bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi al-Hambali an-Najdi.
Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb, adalah seorang ulama yang berusaha membangkitkan kembali pergerakan perjuangan Islam secara murni. Para pendukung pergerakan ini sesungguhnya menolak disebut Wahabbi, karena pada dasarnya ajaran Ibnu Wahhab menurut mereka adalah ajaran Nabi Muhammad, bukan ajaran tersendiri. Karenanya mereka lebih memilih untuk menyebut diri mereka sebagai Salafis atau Muwahhidun yang berarti "satu Tuhan".[5]

B.       Pemikiran Kalam Muhammad bin Abdul Wahab
Salah satu pelopor pembaruan dalam dunia Islam Arab adalah suatu aliran yang bernama Wahabiyah yang sangat berpengaruh di abad ke-19. Wahabiyah adalah suatu bagian dari firqah Islamiyah, dibangun oleh Muhammad bin Abdul Wahab (1702 M – 1787 M).[6] Paham atau Madzhab Wahabi pada hakikatnya adalah kelanjutan dari mazhab Salafiyyah yang dipelopori Ahmad Ibnu Taimiyyah.
Muhammad bin Abdul Wahab mendalami ilmu-ilmu syariat dengan berkeliling ke wilayah-wilayah islam, seperti Basrah, Baghdad, Hamadzan, Ashfaham, Qum, dan Kairo. Setelah itu ia berkeliling mendakwahkan pahamnya yang tak jauh berbeda dengan paham Ibnu taimiyyah dan mayoritas penganut mazhab Hambali. Abdul Wahab mengadakan pembaruan dengan memperketat beberapa masalah yang tidak dilakukan oleh guru-gurunya. Ia mengharamkan rokok, melarang membangun kuburan, meskipun sekedar dengan membuat gundukan tanah, melarang tashwir (foto atau gambar makhuk bernyawa). Ia juga melarang berbagai adat kebiasaan.[7]
Hal terpenting yang sangat diperhatikannya adalah masalah tauhid yang menjadi tiang agama; yang terkristalisasi dalam ungkapan la ilah illa Allah. Menurutnya, tauhid telah dirasuki berbagai hal yang hampir menyamai syirik, seperti mengunjungi para wali, mempersembahkan hadiah dan meyakini bahwa mereka mampu mendatangkan keuntungan atau kesusahan, mengunjungi kuburan mereka dikunjungi oleh orang dari berbagai penjuru dunia dan di usap-usap. Seakan-akan Allah sama dengan penguasa dunia yang dapat didekati melalui para tokoh mereka, dan orang-orang dekat-Nya. Bahkan manusia telah melakukan syirik apabila mereka percaya bahwa pohon kurma, pepohonan yang lain, sandal atau juru kunci makam dapat diambil berkahnya, dengan tujuan agar mereka dapat memperoleh keuntungan. Bagaimana menyelamatkan dari keyakinan-keyakinan seperti ini?
Menurutnya, Allah swt semata-mata Pembuat Syariat dan akidah. Allah-lah yang menghalalkan dan mengharamkan. Ucapan seseorang tidak dapat dijadikan hujah dalam agama, selain Kalamullah dan Rasulullah. Adapun pendapat para teolog tentang akidah serta pendapat para ahli fikih dalam masalah halal dan haram bukanlah hujah. Setiap orang yang telah memenuhi syarat untuk melakukan ijtihad berhak melakukannya. Bahkan dia wajib melakukannya. Menutup pintu ijtihad merupakan sebuah bencana atas kaum muslim, karena hal itu dapat menghilangkan kepribadian dan kemampuan mereka untuk memahami dan menentukan hukum. Menutupi pintu ijtihad berarti membekukan pemikiran dan menjadikan umat hanya mengikuti pendapat atau fatwa yang tertera dalam buku-buku orang yang di ikutinya.[8]
Gerakan kedua dari usaha pemurnian aqidah yang dilakukan Wahabi adalah pemberantasan bid’ah, misalnya perayaan Maulid, keluarnya kaum wanita ikut mengiringi jenazah, perayaan-perayaan spiritual, haul untuk memperingati kematian wali, acara-acara yang lazim dilakukan para pengikut aliran sufi untuk mengenang kematian guru atau nenek moyang mereka. Di samping itu, sebagaimana dijelaskan sebelumnya, beberapa kebiasaan, seperti merokok, berlebihan minum kopi, laki-laki yang memakai kain sutera, mencukur jenggot, dan memakai perhiasan emas, juga dianggap bid’ah.[9]
Tauhid, menurut Ibnu Abdul Wahhab, pada dasarnya adalah pengabdian (ibadah) hanya kepada Allah dengan cara yang benar-benar mengesakan-NYA. Ia membagi tauhid menjadi 3, yaitu :
1.     Tauhid Rububiah, berkenaan tentang pengesaan Allah sebagai maha pencipta segala sesuatu yang terlepas dari segala macam pengaruh dan sebab.
2.    Tauhid Asma wa sifat , berhubungan dengan pengesaan nama dan sifat-sifat Allah yang berbeda dengan Makhluk-NYA.
3.    Tauhid Ilahiyah, berkaitan dengan pengesaan Allah sebagai Tuhan yang di sembah.[10]
Di antara ajaran Muhammad bin Abdul Wahab yang berkenaan dengan tauhid adalah :
1.    Zat yang boleh disembah hanyalah Allah semata, dan orang yang menyembah kepada selain Allah telah menjadi musyrikdan boleh dibunuh.
2.    Kebanyakan umat islam bukan lagi penganut tauhid yang murni karena mereka meminta pertolongan bukan lagi kepada Allah, tetapi kepada para wali dan orang saleh. Muslim seperti ini telah menjadi musyrik.
3.    Termasuk perbuatan musyrik adalah memberikan dan menyebutkan “gelar dan sebutan kehormatan” kepada nabi, wali atau malaika, terutama dalam shalat, misalnya kata sayyidina, habibuna, atau syafi’una.
4.    Memperoleh dan menetapkan ilmu yang tidak didasarkan kepada Al Qur’an dan Sunnah merupakan kekufuran.
5.    Menafsirkan  Al Qur’an dengn takwil merupakan kekufuran.
6.    Pintu ijtihad selalu terbuka dan wajib dilaksanakan oleh orang yang mampu.[11]
Itulah dasar dakwah Muhammad bin Abd al-Wahhab. Dia mengikuti ajaran Ibn Taimiyah. Atas dasar itu pula dibangunlah hal-hal yang  parsial. Menurutnya, manusia bebas berpikir tentang batas-batas yang telah ditetapkan oleh al-qur’an dan sunah. Dia memerangi segala macam bentuk bid’ah, dan mengarahkan orang agar beribadah dan berdo’a hanya untuk Allah, bukan untuk para wali, syeikh, atau kuburan.
Menurutnya, kita harus kembali pada islam pada zaman awal, yang suci dan bersih. Dia berkeyakinan bahwa kelemahan kaum Muslim hari ini terletak pada akidah mereka yang tidak benar. Jika akidah mereka bersih seperti akidah para pendahulunya yang menjunjung tinggi kalimat la ilah illa Allah (yang berarti tidak menganggap hal-hal lain sebagai Tuhan selain Allah, tidak takut mati, atau tidak takut miskin dijalan yang benar), maka kaum Muslim pasti dapat meraih kembali kemuliaan dan kehormatan yang pernah diraih oleh para pendahulu mereka.[12]




BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Muhammad bin ʿAbd al-Wahhāb (1115 - 1206 H/1701 - 1793 M) adalah seorang ahli teologi agama Islam dan seorang tokoh pemimpin gerakan keagamaan yang pernah menjabat sebagai mufti Daulah Su'udiyyah yang kemudian berubah menjadi Kerajaan Arab Saudi dan beliau adalah seorang ulama yang berusaha membangkitkan kembali pergerakan perjuangan Islam secara murni.
Pemikiran yang dikemukakan oleh Muhammad Abdul Wahab adalah upaya memperbaiki kedudukan umat Islam terhadap paham tauhid yang terdapat di kalangan umat Islam saat itu. Paham tauhid mereka telah bercampur dengan ajaran-ajaran tarikat yang sejak abad ke-13 tersebar luas di dunia Islam. Masalah tauhid memang merupakan ajaran yang paling dasar dalam Islam. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila Muhammad Abdul Wahab memusatkan perhatiannya pada persoalan ini.

B.       Saran
Terlepas dari pro dan kontra pemikiran dan gerakan Muhammad bin Abdul Wahab, yang jelas ide gerakan pembaharuannya patutlah dihormati dan dihargai sebagai sebuah upaya dari seseorang muslim yang dengan keyakinan pemahaman tauhidnya telah melakukan sesuatu, daripada tidak melakukan sesuatu untuk agama.




DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Siradjuddin. 2008. I’tiqad Ahlusunnah Wal Jamaah, Jakarta : Pustaka Tarbiyah Baru.
Ahmad Amin, Husayn. 1995. Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Asy-Syak’ah, Mustofa Muhammad. Islam Tidak Bermazhab, Jakarta : Gema Insani Press.
Idahram, Syaikh. 2011. Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, Yogyakarta : Pusaka Pesantren.
Wahyudi, K. Yudian. 2009. Gerakan Wahabi di Indonesia, Yogyakarta : Pesantren Nawesea Press.








[2] K.H. Siradjuddin Abbas, I’tiqad Ahlusunnah Wal Jamaah, (Jakarta : Pustaka Tarbiyah Baru, 2008), hlm. 353.
[3] Syaikh Idahram, Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi, (Yogyakarta : Pustaka Pesantren, 2011), hlm. 30-31.
[4] K.H. Siradjuddin Abbas, I’tiqad Ahlusunnah Wal Jamaah, (Jakarta : Pustaka Tarbiyah Baru, 2008), hlm. 353.

[6] K.H. Siradjuddin Abbas, I’tiqad Ahlusunnah Wal Jamaah, (Jakarta : Pustaka Tarbiyah Baru, 2008), hlm. 352.

[7] Dr. Mustofa Muhammad Asy –Syak’ah, Islam Tidak Bermazhab, (Jakarta : Gema Insani Press, 1994), hlm.392-393.
[8] Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 269-270.

[9] Dr. Mustofa Muhammad Asy –Syak’ah, Islam Tidak Bermazhab, (Jakarta : Gema Insani Press, 1994), hlm.395.
[10] Prof. K. yudian Wahyudi, Ph.D, Gerakan Wahabi di Indonesia, (Yogyakarta : Pesantren Nawesea Press, 2009), hlm. 5.
[11] Prof. K. yudian Wahyudi, Ph.D, Gerakan Wahabi di Indonesia, (Yogyakarta : Pesantren Nawesea Press, 2009), hlm. 7-8.
[12]Husayn Ahmad Amin, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1995), hlm. 270.

5 komentar:

  1. Maaf ya sebelumnya,,,.
    Boleh saya copas makalahnya,,,oh ya buku biografi muhammmad bin abdul wahab itu dari buku mana ya???

    BalasHapus
  2. Maaf ya sebelumnya,,,.
    Boleh saya copas makalahnya,,,oh ya buku biografi muhammmad bin abdul wahab itu dari buku mana ya???

    BalasHapus
  3. mohon ijin share ya. terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

      Hapus
  4. WAHABI atau salafy di Indonesia dan SYIAH adalah 2 tanduk syetan produk yahudi yg masuk langsung ke jantung islam.
    Banyak yang mengetahui kalau wahabi itu bagian dari Yahudi. Walaupun para Ulama Lulusan dari Arab dan Mesir yg #dikibuliwahabi menyebut wahabi sebagai bagian dari penegak Islam tauhid sebagaimana dikampanyekan oleh pengikut2nya di Indonesia padahal menggiring kpd aqidah tajsim dan tasybih ibnu taimiyyah.

    Sejarawan Yahudi Ishaq bin Zafi mengakui kalau wahabi itu bagian dari sekte Yahudi. Dalam buku Ensiklopedia Sekte-Sekte Yahudi tahun 1957 M dituliskan :
    "Ishaq ibn Zafi (Yitzhak Ben Zvi), mantan presiden ke 2 Israel menerbitkan buku tentang Dunamah (salah satu Sekte Yahudi) dalam Bahasa Ibrani, lalu diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh seorang berkebangsaan Yahudi bernama Yitzhak Abade. Buku terjemah ini diterbitkan Penerbit Yahudi di Amerika thn 1957. dicetak ulang thn 1961. Yitzhak Ben Zvi berkata: “Terdapat beberapa kelompok keagamaan yang senantiasa menganggap diri mereka bagian dari Bani Israel, meski ada perbedaan tradisi dengan Bangsa Yahudi mainstream, mereka secara terus menerus mempraktikkan syiar-syiar Agama Yahudi. Di antara kelompok2 itu adalah -Samiriyyun. Dan di antara mereka ada sebuah kelompok penting lain, yaitu Wahhabiyyah. Kelompok ini secara lahiriah muslim, tapi secara sembunyi2 mempraktekkan ritual-Yahudi."
    Wahabi memiliki sifat yang sama dengan satu sekte nya, bangsa Yahudi, menghalalkan segala cara (meski dengan dalih sunnah), memfitnah, mengubah isi kitab kuning, menuduh orang lain kafir, syirik, sesat, bid'ah dll.
    Wahabiyyah adalah nama yg disematkan oleh Sulaiman bin Abdul Wahab kepada saudaranya yakni Muhammad bin Abdul Wahab. Terdapat pembohongan oleh para ulama salafy mengatakan wahabiyyah adalah kelompok yg didirikan oleh Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum pada abad ke 2 H. Padahal Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum adalah pengikut wahbiyyah. Dalam kitab Tarikh Ibnu Khaldun dijelaskan bahwa :
    وكان يزيد قد أذل الخوارج ومهد البلاد فكانت ساكنة أيام روح ، ورغب في موادعة عبد الوهاب بن رستم وكان من الوهبية فوادعه Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum adalah pengikut Wahbiyyah. Pendirinya bernama Abdullah bin Wahbi Ar-Rasibi.
    http://www.muslimoderat.net/2015/09/abdul-wahhab-bin-rustum
    Islam adalah copy paste dari Al-Qur’an dan Sunnah. Adapun dalam berfiqih mengikuti 4 madzhab atau salah satunya. Beraqidah ahlussunnah waljamaah asy'ariah ataupun maturidiah. Bertasawuf seperti Al Ghazali ataupun Abdul Qodir Jaelani ataupun ulama-ulama thasawwuf yg telah masyhur. Shalat 5 wkt berjamaah di masjid bagi laki2 yg sdh baligh kecuali udzur. Yg wanita jg laksanakan sholat dan tutup aurat. Jangan berpaham wihdatul wujud, jangan berpaham mu'tazilah, jahmiah, takfiri, sekuralisme, kapitalisme, materialisme, marxisme, leninisme, komunisme, maoisme, dalam bentuk apa pun dan cara bagaimana pun, sesuai amanat TAP MPRS Nomor XXV Tahun 1966, UU Nomor 77 Tahun 1999 junto KUHP Pasal 107a, 107b, 107c, 107d dan 107e, jangan menyembah kuburan serta perbuatan syirik lainnya, jangan mengikuti syi'ah, jangan mengikuti ibnu taimiyyah dan murid2nya yg musyabbih dan mujassim, jangan mengikuti Mr. Hempher dan Muhammad bin Abdul wahab beserta murid muridnya yg musyabbih & mujassim + khawarij, sekte yahudi berkedok ahlussunnah wal jamaah.

    BalasHapus