B A
B VII
AKAL
DAN WAHYU
Persoalan
kekuasaan akal dan Fungsi Wahyu dihubungkan dengan dua masalah pokok yang
masing-masing mempunyai dua cabang, yaitu : Masalah pertama ialah
soal mengetahui Tuhan. Masalah ini bercabang menjadi dua yaitu mengetahui Tuhan
dan kewajiban mengetahui Tuhan. Masalah kedua soal baik dan
Jahat. Masalah ini juga bercabang menjadi dua yaitu mengetahui baik dan jahat,
dan kewajiban mengetahui perbuatan baik dan menjauhi perbuatan jahat.
Berikut
adalah gambaran peran akal dan wahyu dalam masing-masing aliran :
Masalah
Pokok
|
Mu’tazilah
|
Asy’ariyah
|
Maturidiah
Bukhara
|
Maturidiah
Samarkand
|
Mengetahui
Tuhan
|
Akal
|
Akal
|
Akal
|
Akal
|
Kewajiban
Mengetahui Tuhan
|
Akal
|
Wahyu
|
Wahyu
|
Akal
|
Mengetahui
Baik dan Jahat
|
Akal
|
Wahyu
|
Akal
|
Akal
|
Kewajiban
mengetahui perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan jahat
|
Akal
|
Wahyu
|
Wahyu
|
Wahyu
|
Dalam
keterangan tabel diatas semua aliran Mu’tazilah, Asy’ariah dan maturidiah
dengan kedua cabangnya sependapat bahwa akal dapat mengetahui Tuhan. Hanya
Asy’ariyah dan Maturidiah golongan Bukhara yang berpendapat bahwa akal tak
dapat mengetahui kewajiban berterima kasih kepada Tuhan. Bagi kedua aliran ini akal tidak merupakan mujib,
yaitu yang menentukan kewajiban-kewajiban bagi manusia. Yang menjadi mujib
menurut mereka hanyalah Tuhan.
Pendapat
Maturidiah Bukhara bahwa akal dapat sampai kepada sebab kewajiban mengetahui
Tuhan mengandung arti bahwa bagi mereka akal tidak hanya dapat sampai kepada
pengetahuan adanya tuhan, tetapi juga kepada sifat terpujinya pengetahuan
demikian. Bagi Asy’ariah akal dapat sampai hanya kepada pengetahuan adanya
tuhan dan tidak lebih dari itu, sejajar dengan pendirian mereka bahwa akal tak
dapat mengetahui baik dan buruk, mereka berkeyakinan bahwa akal juga tak dapat
mengetahui sifat baik atau terpujinya pengetahuan tentang adanya Tuhan.
Mu’tazilah
dan Maturidiah Samarkand berpendapat bahwa akal dapat sampai tidak hanya kepada
pengetahuan adanya Tuhan dan sifat terpujinya pengetahuan demikian tetapi juga
kepada kewajiban mengetahui Tuhan. Tetapi akal, dalam pendapat Maturidiah
Samarkand, tidak dapat mengetahui kewajiban berbuat baik dan kewajiban menjauhi
kejahatan.
Disini
terdapat perbedaan antara Mu’tazilah dan Maturidiah Samarkand. Bagi kedua
aliran ini, sebagaimana dijelaskan al-Bazdawi, akal merupakan mujib
dalam hal kewajiban mengetahui tuhan dan kewajiban berterima kasihkepada-NYA.
Tetapi dalam hal kewajiban berbuat baik dan kewajiban menjauhi kejahatan akal
merupakan mujib hanya bagi Mu’tazilah. Mujib dalam hal ini bagi
Mu’tazilah Samarkand ialah Tuhan. Sehingga akal dalam pendapat Maturidiah
Samarkand, hanya bisa sampai kepada tingkat dapat memahami perintah-perintah dan
larangan Tuhan mengenai baik dan buruk dan tidak pada kewajiban berbuat baik
dan menjauhi kejahatan.
B A
B VIII
FUNGSI
WAHYU
1.
Fungsi Wahyu Bagi Kaum Mu’tazilah
a.
Wahyu diperlukan untuk
mengetahu cara memuja dan menyembah Tuhan.
b.
Mengenai soal baik dan buruk, bagi kaum Mu’tazilah, tidak semua
yang buruk dapat diketahui oleh akal. Untuk mengetahui itu, akal memerlukan
pertolongan wahyu. Wahyu dengan demikian menyempurnakan pengetahuan akal
tentang baik dan buruk.
c.
Memberi penjelasan tentang perincian hukuman dan upah yang akan
diterima manusia di Akhirat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wahyu bagi Mu’tazilah
mempunyai fungsi konfirmasi dan
informasi, memperkuat apa-apa yang telah diketahui akal dan menerangkan apa-apa
yang belum diketahui oleh akal, dan dengan demikian menyempurnakan pengetahuan
yang telah diperoleh akal.
Jadi tidaklah selamanya wahyu yang menentukan apa yang baik dan apa
yang buruk, karena akal bagi Mu’tazilah dapat mengetahui sebagian dari yang
baik dan sebagian dari yang buruk. Wahyu bagi kaum Mu’tazilah lebih banyak
mempunyai fungsi konfirmasi daripada fungsi Informasi.
2.
Fungsi Wahyu Bagi Kaum Asy’ariah
Dalam pendapat kaum Asy’ariah wahyu mempunyai fungsi yang banyak
sekali. Wahyu menentukan boleh dikata segala hal. Sekiranya wahyu taka da,
manusia akan bebas berbuat apa saja yang dikehendakinya, dan sebagai akibatnya
masyarakat akan berada dalam kekacauan. Wahyu perlu untuk mengatur masyarakat
manusia dan memang demikian pendapat kaum Asy’ariah. Salah satu fungsi wahyu, kata
al-Dawwani, ialah memberi tuntunan kepada manusia untuk mengatur hidupnya di
dunia.
3.
Fungsi Wahyu Bagi Aliran Maturidiah
Wahyu bagi cabang Samarkand mempunyai fungsi yang lebih daripada
wahyu dalam paham Bukhara. Wahyu bagi golongan pertama perlu hanya untuk
mengetahui kewajiban tentang baik dan buruk, sedangkan dalam pendapat golongan
kedua, wahyu perlu untuk mengetahui kewajiban-kewajiban manusia.
Sebagai kesimpulan
mengenai fungsi wahyu ini, dapat dikatakan bahwa wahyu mempunyai kedudukan
terpenting dalam aliran Asy’ariah dan fungsi terkecil dalam paham Mu’tazilah.
Tagasnya, manusia dalam aliran Mu’tazilah dipandang berkuasa dan merdeka
sedangkan manusia dalam aliran Asy’ariah dipandang lemah dan jauh kurang
merdeka. Di dalam aliran Maturidiah manusia mempunyai kedudukan menengah di
antara manusia dalam pandangan Mu’tazilah dan manusia dipandangan Asy’ariah.
Sehingga manusia dalam pandangan cabang Samarkand lebih berkuasa dan merdeka
daripada manusia dalam pandangan cabang Bukhara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar