Kamis, 03 Maret 2016

Akal dan Wahyu

B A B  VII
AKAL DAN WAHYU

Persoalan kekuasaan akal dan Fungsi Wahyu dihubungkan dengan dua masalah pokok yang masing-masing mempunyai dua cabang, yaitu : Masalah pertama ialah soal mengetahui Tuhan. Masalah ini bercabang menjadi dua yaitu mengetahui Tuhan dan kewajiban mengetahui Tuhan. Masalah kedua soal baik dan Jahat. Masalah ini juga bercabang menjadi dua yaitu mengetahui baik dan jahat, dan kewajiban mengetahui perbuatan baik dan menjauhi perbuatan jahat.
Berikut adalah gambaran peran akal dan wahyu dalam masing-masing aliran :

Masalah Pokok
Mu’tazilah
Asy’ariyah
Maturidiah
Bukhara
Maturidiah
Samarkand
Mengetahui Tuhan
Akal
Akal
Akal
Akal
Kewajiban Mengetahui Tuhan
Akal
Wahyu
Wahyu
Akal
Mengetahui Baik dan Jahat
Akal
Wahyu
Akal
Akal
Kewajiban mengetahui perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan jahat
Akal
Wahyu
Wahyu
Wahyu

Dalam keterangan tabel diatas semua aliran Mu’tazilah, Asy’ariah dan maturidiah dengan kedua cabangnya sependapat bahwa akal dapat mengetahui Tuhan. Hanya Asy’ariyah dan Maturidiah golongan Bukhara yang berpendapat bahwa akal tak dapat mengetahui kewajiban berterima kasih kepada Tuhan.  Bagi kedua aliran ini akal tidak merupakan mujib, yaitu yang menentukan kewajiban-kewajiban bagi manusia. Yang menjadi mujib menurut mereka hanyalah Tuhan.
Pendapat Maturidiah Bukhara bahwa akal dapat sampai kepada sebab kewajiban mengetahui Tuhan mengandung arti bahwa bagi mereka akal tidak hanya dapat sampai kepada pengetahuan adanya tuhan, tetapi juga kepada sifat terpujinya pengetahuan demikian. Bagi Asy’ariah akal dapat sampai hanya kepada pengetahuan adanya tuhan dan tidak lebih dari itu, sejajar dengan pendirian mereka bahwa akal tak dapat mengetahui baik dan buruk, mereka berkeyakinan bahwa akal juga tak dapat mengetahui sifat baik atau terpujinya pengetahuan tentang adanya Tuhan.
Mu’tazilah dan Maturidiah Samarkand berpendapat bahwa akal dapat sampai tidak hanya kepada pengetahuan adanya Tuhan dan sifat terpujinya pengetahuan demikian tetapi juga kepada kewajiban mengetahui Tuhan. Tetapi akal, dalam pendapat Maturidiah Samarkand, tidak dapat mengetahui kewajiban berbuat baik dan kewajiban menjauhi kejahatan.
Disini terdapat perbedaan antara Mu’tazilah dan Maturidiah Samarkand. Bagi kedua aliran ini, sebagaimana dijelaskan al-Bazdawi, akal merupakan mujib dalam hal kewajiban mengetahui tuhan dan kewajiban berterima kasihkepada-NYA. Tetapi dalam hal kewajiban berbuat baik dan kewajiban menjauhi kejahatan akal merupakan mujib hanya bagi Mu’tazilah. Mujib dalam hal ini bagi Mu’tazilah Samarkand ialah Tuhan. Sehingga akal dalam pendapat Maturidiah Samarkand, hanya bisa sampai kepada tingkat dapat memahami perintah-perintah dan larangan Tuhan mengenai baik dan buruk dan tidak pada kewajiban berbuat baik dan menjauhi kejahatan.

B A B   VIII
FUNGSI WAHYU

1.    Fungsi Wahyu Bagi Kaum Mu’tazilah
a.    Wahyu diperlukan  untuk mengetahu cara memuja dan menyembah Tuhan.
b.    Mengenai soal baik dan buruk, bagi kaum Mu’tazilah, tidak semua yang buruk dapat diketahui oleh akal. Untuk mengetahui itu, akal memerlukan pertolongan wahyu. Wahyu dengan demikian menyempurnakan pengetahuan akal tentang baik dan buruk.
c.    Memberi penjelasan tentang perincian hukuman dan upah yang akan diterima manusia di Akhirat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa wahyu bagi Mu’tazilah mempunyai fungsi konfirmasi  dan informasi, memperkuat apa-apa yang telah diketahui akal dan menerangkan apa-apa yang belum diketahui oleh akal, dan dengan demikian menyempurnakan pengetahuan yang telah diperoleh akal.
Jadi tidaklah selamanya wahyu yang menentukan apa yang baik dan apa yang buruk, karena akal bagi Mu’tazilah dapat mengetahui sebagian dari yang baik dan sebagian dari yang buruk. Wahyu bagi kaum Mu’tazilah lebih banyak mempunyai fungsi konfirmasi daripada fungsi Informasi.
2.    Fungsi Wahyu Bagi Kaum Asy’ariah
Dalam pendapat kaum Asy’ariah wahyu mempunyai fungsi yang banyak sekali. Wahyu menentukan boleh dikata segala hal. Sekiranya wahyu taka da, manusia akan bebas berbuat apa saja yang dikehendakinya, dan sebagai akibatnya masyarakat akan berada dalam kekacauan. Wahyu perlu untuk mengatur masyarakat manusia dan memang demikian pendapat kaum Asy’ariah. Salah satu fungsi wahyu, kata al-Dawwani, ialah memberi tuntunan kepada manusia untuk mengatur hidupnya di dunia.
3.    Fungsi Wahyu Bagi Aliran Maturidiah
Wahyu bagi cabang Samarkand mempunyai fungsi yang lebih daripada wahyu dalam paham Bukhara. Wahyu bagi golongan pertama perlu hanya untuk mengetahui kewajiban tentang baik dan buruk, sedangkan dalam pendapat golongan kedua, wahyu perlu untuk mengetahui kewajiban-kewajiban manusia.

Sebagai kesimpulan mengenai fungsi wahyu ini, dapat dikatakan bahwa wahyu mempunyai kedudukan terpenting dalam aliran Asy’ariah dan fungsi terkecil dalam paham Mu’tazilah. Tagasnya, manusia dalam aliran Mu’tazilah dipandang berkuasa dan merdeka sedangkan manusia dalam aliran Asy’ariah dipandang lemah dan jauh kurang merdeka. Di dalam aliran Maturidiah manusia mempunyai kedudukan menengah di antara manusia dalam pandangan Mu’tazilah dan manusia dipandangan Asy’ariah. Sehingga manusia dalam pandangan cabang Samarkand lebih berkuasa dan merdeka daripada manusia dalam pandangan cabang Bukhara.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar